Friday, March 23, 2012

10 Hacker Yang Membuat Sejarah

Dunia komputer kaya dengan sejarah hacker yang memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu komputer dan mempertajam bentuk komputasi, internet dan jaringan yang kita nikmati saat ini. Bahkan dalam beberapa kasus mereka melakukannya seorang diri.

Dan meskipun benar ada para hacker Black Hat yang ada di belakang internet, mencuri dan mengakibatkan chaos, ada juga hacker-hacker White Hat yang menggunakan komputer mereka untuk kebaikan. Ada juga jenis hacker yang sangat berbeda : sosok jenius. Mereka semua memainkan perannya masing-masing, besar dan kecil, dalam melahirkan dunia komputer yang ada saat ini. Berikut 10 diantara yang terbesar :

Konrad Zuse
Kita mulai dengan Konrad Zuse, yang dianggap sebagai hacker komputer yang pertama. Bukan dalam artian hacker di istilah modern saat ini, tetapi tanpa dia tidak ada hacker saat ini.

Zuse membuat komputer pertama di dunia yang sepenuhnya dapat diprogram (atau dalam istilah mereka disebut Turing-lengkap), yang dikenal dengan Z3.

Dimulai dari Z1, yang dikerjakan sendiri oleh Zuse di apartemen orang tuanya dan selesai pada tahun 1938. Zuse akhirnya mendapatkan dukungan dari pemerintah Jerman, yang kemudian melahirkan evolusi dari Z1 ke Z3 yang selesai pada tahun 1941 dan dianggap sebagai nenek moyang komputasi modern.

John “Captain Crunch” Draper
John Draper melakukan hacking jauh sebelum komputer mendapatkan tempat seperti saat ini.
Hari-hari hacking Draper dimulai pada awal 1970, ketika jaringan terbesar yang diakses oleh publik adalah sistem telepon.
Pada saat itu, telepon diatur dengan sebuah sistem otomatis menggunakan frekuensi analog tertentu yang dapat dieksploit untuk membuat telepon jarak jauh atau bahkan internasional. Dikenal dengan istilah “Phreaking”, dan salah satu perangkat Phreaking yang terkenal adalah peluin mainan yang merupakan hadiah sereal Cap’n Crunch.



Dengan peluit ini, Draper membuat perangkat Phreaking lain yang dikenal dengan BlueBox, perangkat yang dapat menghasilkan banyak nada lain yang digunakan oleh perusahaan telepon.

Steve Wozniak
 Diawali oleh John Draper, Wozniak tidak asing dengan Phreaking. Pada kenyataannya setelah Draper membagi detail dari rancangan BlueBox yang dibuatnya pada pertemuan Homebrew Computer Club meeting, Wozniak membuat versinya sendiri.
Steve Job melihat potensi pasar dari perangkatnya itu dan kemudian dua orang Steve ini membangun perusahaan ventura mereka pertama.
Hari-hari hacking Wozniak dihabiskan dalam proyek-proyek yang legalitasnya dipertanyakan.
Dengan hasil dari penjualan blue boxes yang ia buat ditambah dengan kalkulator milik Wozniak dan mobil van Steve Job, mereka membuat Apple I. Dengan kemahiran marketing Steve, perusahaan mereka kini menjadi pemain terdepan di industri.

Robert Morris
Ketika kuliah pasca sarjana di Universitas Cornell, Robert Morris menciptakan caranya sendiri untuk memperoleh ketenaran. Menurut penjelasannya, ia membuat worm sebagai upaya untuk mengukur ukuran internet saat ini.

Setelah dirilis pada tanggal 2 November 1988, Worm Morris berhasil menginfeksi 6.000 sistem (sekitar 10 persen dari komputer yang terhubung ke internet saat itu). Worm ini dibuat untuk tidak membahayakan, tetapi karena adanya kesalahan dalam algoritma replikasinya, worm tersebut bisa menyalin dirinya sendiri dengan cepat, menyebabkan beban berlebihan pada sistem dan akhirnya memberikan dampak pada Morris. Pada 1989, ia menjadi orang pertama yang dikenakan dakwaan Undang-undang Penipuan dan Penyalahgunaan Komputer pada tahun 1986.

Mark “Phiber Optik” Abene
Mungkin nama ini tidak familiar bagi anda. Ia tidak pernah melakukan hacking ke D.O.D atau mencuri jutaan dolar dari Bank.
Yang ia lakukan adalah membuat jengkel AT&T. Sebagai member dari kelompok Hacker Masters of Destruction, Abene “mengobok-obok” sistem AT&T. Ketika sistem telepon AT&T crash, membuat 60.000 pelanggan tidak bisa menggunakan telepon dalam waktu lebih dari 9 jam, mereka dengan cepat menyalahkan Abene.
Agen rahasia kemudian mengujunginya, menyita seluruh peralatannya, walau kemudian AT&T menyatakan bahwa kerusakan itu adalah kesalahan dari sisi mereka, Abene telah didakwa dengan dakwaan perusakan komputer tingkat pertama. Ia lalu mendapatkan dakwaan yang lebih banyak dan berat yang membawanya harus menjalani hukuman 1 tahun di penjara federal, yang menjadikannya sebagai hacker pertama yang mengalaminya.

Kevin “Dark Dante” Poulsen

Poulsen dianggap sebagai pelaku hacking paling keren sepanjang masa.
Sebuah kontes radio yang diadakan oleh KIIS-FM menjanjikan bahwa mereka akan memberikan sebuah mobil Porsche 944 S2 yang baru kepada penelepon ke-102. Alih-alih mencoba peruntungannya diantara sekian banyak pendengar di Los Angeles, Poulsen malah mengambil alih seluruh jaringan telepon untuk memastikan bahwa dirinyalah yang akan menjadi penelepon ke-102.
Dia kemudian menghilang setelah menjadi buronan FBI, yang membuatnya masuk dalam acara TV populer “Misteri yang Tidak Terpecahkan”. Hotline acara tersebut mengalami crash ketika episode tersebut ditayangkan. Kebetulankah ?
Pada tahun 1991, Poulsen ditangkap dan didakwa atas beragam penipuan komputer, pencucian uang dan pelanggaran hukum. Yang menarik, selama penahanannya, Poulsen membuat 180 kali bantuan pemecahan kasus cyber crime dan bahkan mampu menangkap seorang predator seksual di MySpace.

Kevin Mitnick
Kevin Mitnick mungkin adalah hacker paling terkenal dalam sejarah komputer, dikarenakan dia adalah hacker pertama yang masuk ke dalam daftar orang yang paling dicari oleh FBI.
Sebagai master social engineering, Mitnick tidak hanya melakukan hacking komputer, ia juga melakukan hack pada pikiran orang.
Pada tahun 1979, ketika berusia 16 tahun, ia melakukan hack dengan caranya kedalam sistem komputer dan menyalin perangkat lunak berbayar.
Ia melibatkan diri dengan personil admin, seperti lewat panggilan telepon atau pesan email dan menipu mereka untuk memberikan password dan informasi keamanan yang lain. Setelah dua setengah tahun melarikan diri, Mitnick akhirnya tertangkap dan dipenjara selama lima tahun. Ia kini menjalankan konsultan keamanan komputer, Mitnick Security Consulting LLC.

Tsutomu Shimomura
Tidak semua bernaung dibawah payung Black-Hat. Tsutomu Shimomura adalah hacker White-Hat yang dihormati karena keberhasilannya menangkap Kevin Mitnick.
Pada tahun 1994, Mitnick mencuri beberapa file pribadi Shimoura dan mendistribusikannya secara online.
Termotivasi oleh balas dendam, Shimomura kemudian membuat teknik penjejakan dial untuk menemukan lokasi Mitnick. Berkat informasi dari Shimomura, FBI akhirnya berhasil menangkap

Richard Stallman
Pada tahun-tahun awalnya, Stallman adalah mahasiswa pasca sarjana dan programmer di MIT’s Artificial Intelligence Labs dimana ia terlibat dengan kultur hacking yang kaya di MIT.
Sebagai pembela segala hal tentang Sistem Terbuka (Open Source), Stallman melawan ketika MIT menginstall sistem password pada jurusan Ilmu Komputer mereka.
Ia kemudian melakukan dekripsi password pengguna (bukan hal yang mudah mengingat kecepatan komputer pada tahun 1970an) dan mengirimkan password tersebut kepada orang-orang itu dalam bentuk plaintext, dan menyarankan mereka mengosongkan password untuk membuat orang lain juga bisa menggunakan sistem tersebut.
Pada tahun 1980, Stallman merasa tidak suka dengan sifat ekslusif yang dianut oleh kebanyakan manufaktur untuk perangkat lunak yang digunakan. Ia lalu merintis lisensi publik umum GNU (GPL) dan sistem operasi GNU, sebuah sistem operasi Unix-like yang sepenuhnya kompatibel dengan sistem Unix.


Linus Torvalds
Mengikuti jejak Stallman, Linus Torvalds adalah hacker White Hat yang lain.
Hari-hari hackingnya dimulai dengan mesin Commodore VIC-20 kuno, lalu Sinclair QL, yang kedua-duanya ia modifikasi sendiri.
Pada mesin QL tersebut ia membuat program Text Editor-nya sendiri bahkan juga sebuah kloning Pac-Man yang ia sebut Cool man.
Pada tahun 1991, ia memiliki PC Intel 80836 dan mulai membuat Linux, yang pertama kali memiliki lisensi terbatas atas namanya sendiri, tetapi kemudian bergabung dengan proyek GNU dibawah GNU GPL.
Torvalds awalnya tidak berniat meneruskan kerjanya membangun kernel, karena dianggapnya sebagai hobi, tetapi sejarah kemudian berkata lain, dan kini Linux menjadi sistem operasi yang paling akrab dengan hacker dan juga paling aman yang pernah tersedia di dunia.

Ilmuan berasal dari Indonesia yang tidak di akui oleh negaranya sendiri





Dr Bambang Widiatmoko M.Eng.adalah peneliti yang telah menghasilkan karya bermanfaat bagi masyarakat, dan diakui dunia internasional. Sayang, perhatian negara untuknya terkesan kurang.

Bisa dibayangkan rumitnya, bagaimana sebuah sinar, apalagi sinar laser, dapat dicacah menggunakan alat temuan Bambang.Temuan tersebut dinamakan Optical Frequency Comb Generator (OFCG), yakni pembangkit sisiran frekuensi optik.



Ini alat pencacah sinar laser yang lazim digunakan di perusahaan berbasis fiber optic. Temuannya itu juga telah dipakai berbagai industri komunikasi di Jepang.

Berkat temuannya tersebut, akhir November tahun lalu Bambang diberi penghargaan berupa medali dari The Habibie Center (THC), yayasan yang bergerak di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bambang dinilai sangat berjasa sebagai peneliti teknologi, khususnya ilmu rekayasa.

Peran Bambang dalam ilmu perekayasaan memang cukup banyak. Apalagi, dalam penelitian sinar laser. Di mancanegara, Bambang dikenal sebagai pakar laser. Dia mengaku kerap dikontak para peneliti asing yang mengembangkan penelitian tentang laser.

Selama 13 tahun belajar di Tokyo Institute of Technology, Jepang, untuk program S-2 hingga doktor, pria kelahiran Boyolali itu mencatatkan 30 paten di Negeri Sakura tersebut. Kebanyakan berbasis laser. “Sebagian temuan saya juga saya daftarkan ke Amerika Serikat dan Eropa. Selain itu, masih ada temuan saya yang belum dipatenkan,” katanya. Karya terbesar Bambang adalah OFCG.

Menurut Bambang, dulu para peneliti sama sekali tak terpikir bagaimana mencacah sinar laser menjadi ribuan sinar baru. Sebab, memecah sinar adalah pekerjaan sulit. Bila satu sinar yang dipancarkan perlu satu transmitor, kalau memancarkan banyak sinar, tentu juga perlu banyak transmitor. “Dulu alat-alat yang dibutuhkan untuk memancarkan itu bisa sebesar ruangan ini,” ungkap Bambang sambil merentangkan tangan menunjuk luasnya ruangan sekitar 16 meter persegi itu.

Dia menggambarkan, betapa ribetnya mencacah sinar laser saat itu. Alat itu, lanjut Bambang, dibikin pada 2000, saat dia baru lulus doktor.

Bambang pun mencoba berinovasi. Empat tahun berselang, berkat ketekunannya, Bambang berhasil menciptakan alat pencacah sinar laser yang hanya sebesar jari kelingking. Ini sebagai produk dasar. Dua tahun lalu dia menyempurnakan temuannya agar bisa diproduksi secara masal. Di tangan bapak dua anak itu, pemancar sinar tersebut disempurnakan dan ukurannya menjadi sebesar kotak P3K.

Bambang mengaku, temuannya itu terinspirasi oleh tiga peraih nobel fisika 2005. Mereka adalah Roy J Gluber, peneliti Harvard University; John L Hall, peneliti University of Colorado, dan Theodor W Hansch, fisikawan Max Planck dari Institut fur Quantenoptik Garching, Jerman. Dua nama terakhir merupakan karib Bambang dalam melaksanakan riset-riset fisika. ’’Rekayasa pencacah laser ini satu-satunya di dunia. Di Indonesia belum terpikir pemanfaatan alat tersebut,” ungkapnya.

Ketika masih di Jepang, Bambang memproduksi masal alat ciptannya tersebut. Bahkan, dia juga mendirikan perusahaan ventura bernama Optocomb. Bambang menggandeng dua sahabatnya. Alat yang dipasarkan itu berseri BK625SM. BK merupakan gabungan inisial Bambang (B) dan Kourogi (K). Kourogi adalah karib Bambang di Jepang. ’’Dulu saya sebagai perekayasa sekaligus pemasarnya,” jelasnya. Di perusahaan itu Bambang menjadi direktur.

Meskipun banyak uang mengucur ke kantongnya, pembawaan Bambang tetap sederhana. Dia tetap menyadari bahwa penelitian adalah fondasi hidupnya. Setelah balik ke tanah air tiga tahun lalu dan bekerja di laboratorium LIPI Serpong, Bambang perlahan melepaskan perusahaannya di Jepang.“Sekarang perusahaan itu sudah amat berkembang. Saya sudah lepas dari perusahaan. Tapi, kalau mau main-main ke Jepang tinggal kontak. Semua sudah disiapkan,” ujarnya.

Bambang mengaku amat terinspirasi dengan budaya orang Jepang. “Di Jepang itu banyak lab yang berdiri di ruko-ruko. Budaya penelitian di sana amat tinggi. Kalau di sini hanya pintar jual,” jelasnya.***

Bambang pernah juga menghasilkan karya besar lain, yakni pendeteksi tsunami berbasis laser. “Alat buatan saya itu kini sudah dimanfaatkan di Jepang. Ditanam di dasar laut perairan Jepang. Prinsipnya, begitu tanda-tanda tsunami muncul, alat yang ditanam tadi akan mengirimkan informasi sinar laser ke stasiun di pinggir pantai,” paparnya. “Jadi, semua orang di daratan bisa mengantisipasinya,” katanya.

Bambang meyakinkan bahwa alat buatannya itu tak mudah hilang, seperti kasus alat pendeteksi tsunami di beberapa pantai di Indonesia. Kalau tak dihantam ombak, berita yang muncul dicuri nelayan yang usil.

Menurut Bambang, alat itu seperti tongkat yang ditanam di dasar laut. Sedangkan saat ini alat pendeteksi tsunami itu diapungkan dengan buoy. Apabila, buoy hilang dihantam ombak, lenyaplah alat tersebut.

Pria yang mengabdi di LIPI sejak 1987 itu pernah menawarkan temuannya itu ke Bappenas pada 2004. “Saya tunggu belum ada jawaban. Begitu saya kembali ke Jepang lagi, ternyata Aceh dihantam tsunami dahsyat itu,” ungkap lulusan FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja itu. Hingga kini, alat Bambang juga masih belum di pakai di Indonesia. Alat tersebut justru populer di Jepang.

Selain menemukan pendeteksi tsunami berbasis laser, Bambang telah menciptakan alat penghancur jarum suntik. Setelah menyuntik pasien, dokter tidak perlu membuang jarumnya ke tempat sampah. Cukup dimasukkan ke alat buatan Bambang, jarum akan melebur menjadi serbuk. Bakteri yang menghuni jarum tadi dipastikan mati. “Banyak alat serupa bikinan luar negeri. Tapi, banyak suster ketakutan, sebab alat itu memancarkan api,” jelasnya.

Di Acara Kick Andy: Ditanyakan, "apakah beliau menyesal kembali ke indonesia mengingat diluar negeri dia bisa mendapat penghasilan yg luar biasa besar(penghargaan yang juga besar tentunya)?"

beliau menjawab: "sedikit menyesal".

jadi?? kesimpulannya adalah 2:

1. Kita pun bisa bersaing dengan siapa saja
2. bangsa kita terlalu menghargai hasil, bukan proses, jadi ketika ada suatu karya, maka bangsa kita cenderung menunggu apakah mendukung karya tesrsebut jika sudah ada yang mendukungnya, baru bangsa ini memulai dukungannya

karena itu kita harus sadar bangsa kita sangat kuat baik SDA maupun SDM, yang kurang baik hanya sistem berpikir di masyarakatnya saja.

Thursday, March 22, 2012

Orang yang berbohong bisa dilihat dari matanya.

Sebagian orang pasti setuju jika mata disebut sebagai organ yang paling penting bagi tubuh manusia. Ada pepatah mengatakan 'Mata adalah jendela jiwa'. Ekspresi mata memang bisa mengungkapkan berbagai hal. Salah satunya, mata bisa jadi petunjuk untuk mengetahui apakah seseorang berkata bohong atau jujur.


Menggunakan konsep itu, tim psikolog di Utah, AS, bekerja melakukan penelitian baru poligraf (alat deteksi kebohongan), yang mengandalkan teknologi pelacakan mata untuk mendeteksi kebohongan.

Seperti dikutip dari laman Aol.com, perangkat yang diusulkan akan mengukur gerakan mata yang menyertai tanggapan masyarakat terhadap pertanyaan-pertanyaan untuk menentukan apakah mereka berbohong atau tidak.

Para peneliti di University of Utah mengatakan, teknologi ini lebih efektif karena mata mengungkapkan reaksi kognitif seseorang untuk mengatakan kebenaran dan kebohongan bukan hanya reaksi emosional seperti poligraph tradisional.

Tim psikolog John Kircher, David Raskin dan kolega mempelajari kelompok subjek yang menjawab serangkaian pertanyaan benar dan bohong lewat komputer.

Ada sebuah teori menunjukkan, berbohong membutuhkan usaha lebih daripada mengatakan yang sebenarnya. Lewat teori ini, para peneliti mencari indikasi yang ditunjukkan alat baru pendeteksi kebohongan ini. Hasilnya, seseorang yang berbohong akan bekerja keras menjawab pertanyaan. Biasanya, saat menjawab pertanyaan, mata pembohong akan melebar, dan memakan waktu lebih lama mencari jawaban.

Gerakan mata sering lebih cepat dalam hitungan menit, begitu maju metode pengukuran data dan menentukan signifikansi statistik yang diperlukan, menurut para peneliti.

"Kami mendapatkan hasil yang bagus dari percobaan kami," kata Kircher dalam ringkasan temuan. "Alat ini lebih baik daripada poligraf, dan kami masih dalam tahap awal metode baru yang inovatif untuk menentukan apakah seseorang sedang mencoba untuk menipu Anda atau tidak."

Menurut Ketua penelitian, Gerald Sanders, metode pelacakan mata untuk mendeteksi kebohongan memiliki potensi besar. Metode deteksi kebohongan sudah ini diteliti selama tiga dekade terakhir, dan hingga kini akan terus dikembangkan hingga hasilnya sempurna. 

Monday, March 19, 2012

Cult of the Dead Cow


     Cult of the Dead Cow, also known as cDc or cDc Communications, is a computer hacker and DIY media organization founded in 1984 in Lubbock, Texas. The group maintains a weblog on its site, also titled "Cult of the Dead Cow". New media are released first through the blog, which also features thoughts and opinions of the group's members.
To further the Cult's stated goal of "Global Domination Through Media Saturation," over the years cDc members have granted interviews to major newspapers, print magazines, online news sites, and international television news programs.

     The group was formed in June 1984 at the Farm Pac slaughterhouse by Grandmaster Ratte' (aka Swamp Ratte'), Franken Gibe, and Sid Vicious, three BBS SysOps. The slaughterhouse, a hangout of many Lubbock youth, was burned in 1996. (The burned out building was used as a haunted house for several Halloweens after that. In 2001, the grounds surrounding it were converted into the "West Texas Canyon Amphitheater" and re-opened as the Lone Star Amphitheater in 2006)
In December 1990, cDc member Drunkfux - the pseudonym of Jesse Dryden, the son of Jefferson Airplane drummer Spencer Dryden and great-nephew of Charlie Chaplin - gave birth to the modern hacker con. HoHoCon, usually held in Houston, Texas, was the first hacker conference which invited the participation of both journalists and law enforcement. In all, dFx hosted five annual HoHoCons.
In 1991, cDc was named "Sassiest Underground Computer Group" by Sassy magazine. Also in 1991, the group began distributing music in the form of cassette tape albums sold through its post office box. Many of these albums are now available online in their entirety.
October 1994 saw the creation of the cDc's Usenet newsgroup, alt.fan.cult-dead-cow. It was thus the first hacking group to have its own Usenet newsgroup. In November of that year, the group claimed responsibility for giving Ronald Reagan Alzheimer's disease, claiming to have done so in 1986 with a blowgun.
The cDc declared war on the Church of Scientology in 1995 during the alt.religion.scientology controversy.
        In late 1999, the cDc created Hacktivismo, an independent group under the cDc communications umbrella dedicated to the creation of anti-censorship technology in furtherance of human rights on the Internet. The group's beliefs are described fully in The Hacktivismo Declaration, which seeks to apply the Universal Declaration of Human Rights and the International Covenant on Civil and Political Rights to the Internet. Among Hacktivismo's beliefs include access to information as a basic human right. The organization partially shares Critical Art Ensemble's (CAE) belief in the value of secrecy, but challenges both with CAE and many hacktivists on the subject of civil disobedience. The cDc model is, instead, one of disruptive compliance. Disruptive, in this case, refers to disruptive technology; compliance refers back to the Internet and its original intent of constructive free-flow and openness. Hacktivismo has also authored its own software license agreement, the Hacktivismo Enhanced-Source Software License Agreement, which is source available (but not open source).Their work focuses on the development of software that empowers conduct forbidden by repression, rather than enabling (private or public) attacks on repressors. In general cDc hopes that open code can become the lingua franca of a hacktivism that seeks to wage peace, not war. While the term isn't used, the software described in cDc's "Waging of Peace on the Internet" would create a set of connections between dissidents that sound in technoliberationist terms, rhizomatic.


Bloody Sunday


Bloody Sunday (Irish: Domhnach na Fola)—sometimes called the Bogside Massacre—was an incident on 30 January 1972 in the Bogside area of Derry, Northern Ireland, in which 26 unarmed civil-rights protesters and bystanders were shot by soldiers of the British Army. Thirteen males, seven of whom were teenagers, died immediately or soon after, while the death of another man four-and-a-half months later was attributed to the injuries he received on that day. Two protesters were also injured when they were run down by army vehicles. Five of those wounded were shot in the back.The incident occurred during a Northern Ireland Civil Rights Association march; the soldiers involved were members of the First Battalion of the Parachute Regiment (1 Para).

Two investigations have been held by the British government. The Widgery Tribunal, held in the immediate aftermath of the event, largely cleared the soldiers and British authorities of blame—Widgery described the soldiers' shooting as "bordering on the reckless"—but was criticised as a "whitewash", including by Jonathan Powell. The Saville Inquiry, chaired by Lord Saville of Newdigate, was established in 1998 to reinvestigate the events. Following a 12-year inquiry, Saville's report was made public on 15 June 2010, and contained findings of fault that could re-open the controversy, and potentially lead to criminal investigations for some soldiers involved in the killings. The report found that all of those shot were unarmed, and that the killings were both "unjustified and unjustifiable." On the publication of the Saville report the British prime minister, David Cameron, made a formal apology on behalf of the United Kingdom.
The Provisional Irish Republican Army's (IRA) campaign against the partition of Ireland had begun in the two years prior to Bloody Sunday, but public perceptions of the day boosted the status of, and recruitment into, the organisation enormously.Bloody Sunday remains among the most significant events in the Troubles of Northern Ireland, chiefly because those who died were shot by the British army rather than paramilitaries, in full view of the public and the press.

The people planned on marching to the Guildhall, but because of army barricades designed to reroute the march it was redirected to Free Derry Corner. A group of teenagers broke off from the march and persisted in pushing the barricade and marching on the Guildhall. They attacked the British army barricade with stones. At this point, a water cannon, tear gas and rubber bullets were used to disperse the rioters. Such confrontations between soldiers and youths were common, though observers reported that the rioting was not intense.Two civilians, Damien Donaghy and John Johnston were shot and wounded by soldiers on William Street who claimed the former was carrying a black cylindrical object.
At a certain point, reports of an IRA sniper operating in the area were allegedly given to the Army command centre. At 4:07 pm Brigade gave the British Parachute Regiment permission to go in to the Bogside. The order to fire live rounds was given, and one young man was shot and killed when he ran down Chamberlain Street away from the advancing troops. This first fatality, Jackie Duddy, was among a crowd who were running away. He was running alongside a priest, Father Edward Daly, when he was shot in the back. Continuing violence by British troops escalated, and eventually the order was given to mobilise the troops in an arrest operation, chasing the tail of the main group of marchers to the edge of the field by Free Derry Corner.
Despite a cease-fire order from the army HQ, over 100 rounds were fired directly into the fleeing crowds by troops under the command of Major Ted Loden. Twelve more were killed, many of them as they attempted to aid the fallen. Fourteen others were wounded, 12 by shots from the soldiers and two knocked down by armoured personnel carriers.

The Dead




John (Jackie) Duddy (17). Shot in the chest in the car park of Rossville flats. Four witnesses stated Duddy was unarmed and running away from the paratroopers when he was killed. Three of them saw a soldier take deliberate aim at the youth as he ran. He is the uncle of the Irish boxer John Duddy.[38]

Patrick Joseph Doherty (31). Shot from behind while attempting to crawl to safety in the forecourt of Rossville flats. Doherty was the subject of a series of photographs, taken before and after he died by French journalist Gilles Peress. Despite testimony from "Soldier F" that he had fired at a man holding and firing a pistol, Widgery acknowledged that the photographs showed Doherty was unarmed, and that forensic tests on his hands for gunshot residue proved negative.
Bernard McGuigan (41). Shot in the back of the head when he went to help Patrick Doherty. He had been waving a white handkerchief at the soldiers to indicate his peaceful intentions.
Hugh Pious Gilmour (17). Shot through his right elbow, the bullet then entering his chest as he ran from the paratroopers on Rossville Street. Widgery acknowledged that a photograph taken seconds after Gilmour was hit corroborated witness reports that he was unarmed, and that tests for gunshot residue were negative.
Kevin McElhinney (17). Shot from behind while attempting to crawl to safety at the front entrance of the Rossville Flats. Two witnesses stated McElhinney was unarmed.
Michael Gerald Kelly (17). Shot in the stomach while standing near the rubble barricade in front of Rossville Flats. Widgery accepted that Kelly was unarmed.
John Pius Young (17). Shot in the head while standing at the rubble barricade. Two witnesses stated Young was unarmed.
William Noel Nash (19). Shot in the chest near the barricade. Witnesses stated Nash was unarmed and going to the aid of another when killed.
Michael M. McDaid (20). Shot in the face at the barricade as he was walking away from the paratroopers. The trajectory of the bullet indicated he could have been killed by soldiers positioned on the Derry Walls.
James Joseph Wray (22). Wounded then shot again at close range while lying on the ground. Witnesses who were not called to the Widgery Tribunal stated that Wray was calling out that he could not move his legs before he was shot the second time.
Gerald Donaghy (17). Shot in the stomach while attempting to run to safety between Glenfada Park and Abbey Park. Donaghy was brought to a nearby house by bystanders where he was examined by a doctor. His pockets were turned out in an effort to identify him. A later police photograph of Donaghy's corpse showed nail bombs in his pockets. Neither those who searched his pockets in the house nor the British army medical officer (Soldier 138) who pronounced him dead shortly afterwards say they saw any bombs. Donaghy had been a member of Fianna Éireann, an IRA-linked Republican youth movement.Paddy Ward, a police informer who gave evidence at the Saville Inquiry, claimed that he had given two nail bombs to Donaghy several hours before he was shot dead.
Gerald (James) McKinney (34). Shot just after Gerald Donaghy. Witnesses stated that McKinney had been running behind Donaghy, and he stopped and held up his arms, shouting "Don't shoot! Don't shoot!", when he saw Donaghy fall. He was then shot in the chest.
William Anthony McKinney (27). Shot from behind as he attempted to aid Gerald McKinney (no relation). He had left cover to try to help Gerald.
John Johnston (59). Shot in the leg and left shoulder on William Street 15 minutes before the rest of the shooting started. Johnston was not on the march, but on his way to visit a friend in Glenfada Park. He died 4½ months later; his death has been attributed to the injuries he received on the day. He was the only one not to die immediately or soon after being shot.
Perspectives and analyses on the day.



Sunday, March 18, 2012

Beautiful Dream



Like wings of a hummingbird
My heart flutters feverishly
My passion burning like fire
I feel heat where my lungs would be
From deep down in my soul
To the ends of every strand of hair
I quiver with excitement
Of the feeling of you being there
I close my eyes
And take you in
I smell your smell
I feel your skin
My fingers tremble
My toes begin to curl
My breathing heavy’s
My thoughts start to whirl
I reach out my hand
To touch your sweet lips
The thought of you near me
Makes my heartbeat skip
My hand swoops through the air
Like a hawk on its prey
I reach for you and feel for you
But to my hands dismay
There’s nothing there but dust and air
To grab and pull my way
I hold my breath and loosen my grip
My heart goes cold and gray
I fill my lungs with empty air
That’s cold and stings like ice
My heartbeat slows and the rhythm dies
And tears fall once, then twice
The hours, days and weeks of time
Cannot erase our love
That longing for your touch and kiss
Recreate all that I know of
My mind plays tricks, my eyes see you
I get caught up in what seems
The memory that I have of you
Creates the fantasy in my dreams
Even though I hate to wake
And find you nowhere near
If dreams are all I have of you
I’ll dream to feel you here.

Saturday, March 17, 2012

A Poem For Someone Special

You are my inspiration
having you in my life
revived my sleeping devotion
You are indeed a special someone

Loving you gives me hope
to free this misery that I coped
in those times I gave up
You came and I stood up

Never will I forget
how you always cheer me up
every time I’m sad
and for that I’m glad

Whenever I’m lonely
You were there for me
keeping my heart alive
with your every smile

I dedicate this poem to you
to show how much you meant
to me I love you
for someone SPECIAL

What i feel everyday,even though you've never realize.

You were on my mind when I woke up this morning
remembering your smile
I guess the next time I'll see your face
will take a little while
I was remembering your arms around me
love the way they always feel warm
with you by my side
I completely feel no harm
I was remembering your voice
makes my heart skip a beat
but without you
my whole body's weak.
I was remembering our times
the good and the bad
the funny times when you cheered up
and especially the sad
remembering your eyes
how they always meet mine
remembering all the little things you do
to make my life worthwhile
I was wondering when we'll be together
just us two
I guess I'm missing you more than I usually do.

Friday, March 16, 2012

Romantic Candlelight Poem

Candlelight
Love is like a candlelight,
Glowing in the dark
The warmness kindles
From a tiny spark.
The light is soft at first,
Then, it grows bright,
For some, it grows over time,
For some, it's love at first sight.
If not taken care of,
The flame will slowly die
And when it's gone, it leaves you
Sitting there, wondering, why?